Posted by : anonimus Tuesday, November 2, 2010



JAKARTA, KOMPAS.com--Terorisme dan segala bentuk ekstimisme serta segala upaya radikalisme dan kekerasan merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan, walaupun hal itu dilakukan atas nama Tuhan, demikian kiranya pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah film Pakistan, "In The Name of God".



"Terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme yang berbasis atas salah interpretasi terhadap ajaran Islam merupakan sesuatu yang salah, dan kami sedang mencoba mengenalkan bagaimana kehidupan warga Pakistan yang sebenarnya kepada dunia," kata Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Sanaullah.

Melalui acara pemutaran perdana film yang aslinya berjudul "Khuda Kay Liye", Selasa, Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta mengajak warga Indonesia untuk mengenali Islam di Pakistan secara lebih dalam sekaligus menegaskan posisi Pakistan sebagai negara yang menentang terorisme.

"Saya harap anda akan memahami maksud pesan yang disampaikan dengan menganalisa setiap pesan yang ada dalam film tersebut," kata Dubes Sanaullah.

"Film ini telah menjadi perdebatan di antara para politikus, petinggi agama, parlemen, sineas, bahkan warga biasa," ujarnya.

Film garapan sutradara Pakistan, Shoaib Mansoor, ini diperankan 3 bintang muda yang berakting luar biasa, Shaan (sebagai Mansoor), Fawad Khan (Sarmad), dan Imam Ali (Mary).

Lokasi film ini ini pun bertemat di tiga benua, Pakistan (Asia), Chicago (Amerika) dan London (Eropa).

Mansoor dan Sarmad adalah dua orang musisi muda berbakat yang sudah punya banyak penggemar di Lahore. Karena perbedaan pendapat, kedua orang yang sebenarnya bersaudara ini jadi terpisah. Mansoor memilih tetap menjadi musisi sementara Sarmad memilih menjalani hidup sebagai muslim garis keras.

Sang kakak, Mansoor yang melanjutkan sekolah Musik di Amerika kemudian menikah dengan teman sekelasnya, warga Amerika, Janie (Austin Marie Sayre), sedangkan sang adik Sarmad (Fawad Khan) yang terpengaruh oleh seorang imam Islam Fundamentalis, meninggalkan karirnya sebagi musisi dan memilih bergabung dengan jaringan teroris Taliban.

Karena alasan agama, Sarmad menikahi paksa anak dari pamannya, Mary (Iman Ali) seorang gadis warganegara Inggris keturunan Pakistan yang semenjak lahir hidup di London dengan budaya Barat.

Prinsip ayah Mary (Hussain), "Pria Muslim boleh menikahi wanita non-Muslim, namun sebaliknya wanita Muslim dilarang."

Ayah Mary yang tidak tahan dengan gunjingan komunitas Pakistan di London karena Marry menjalin hubungan dengan pria kulit putih akhirnya mengajak putrinya ke Pakistan, untuk secara diam-diam menikahkan putrinya dengan Sarmad. Mary pun terpaksa harus tinggal di daerah terpencil di perbatasan Pakistan-Afganistan sampai pemerintah Inggris menyelamatkannya.

Kemudian terjadilah peristiwa 11 September 2001 yang merombak segalanya, bukan saja meruntuhkan Menara Kembar di New York namun banyak warga dari negara Muslim, seperti Pakistan, yang dituduh terlibat jaringan terorist Al Qaida pimpinan Osama Bin Laden.

Dalam film yang berdurasi lebih dari dua jam tersebut banyak terdapat dialog-dialog tentang pro-kontra dalam agama Islam, tidak hanya seperti yang terjadi saat ini antara Barat dengan Islam, tapi juga Muslim garis keras dengan Muslim moderat.

Shoaib Mansoor seolah mendambakan Pakistan yang lebih terbuka setelah tokoh Mary yang memenangkan hak asuh anak dan gugatan di pengadilan, walau pada akhirnya ia membatalkan tuntutan dan kembali ke wilayah pedalaman Afghanistan, tempat ia disekap selama beberapa lama.

Dalam praktiknya justru kini Taliban terus memerangi pemerintahan berdaulat Pakistan dengan menuduh pemerintah yang berlegitimasi itu sebagai "boneka" yang dikendalikan oleh Amerika Serikat, sekutu mereka di masa Perang Dingin, saat seterunya India memilih Rusia sebagai mitra yang erat.

Film "In The Name of God" sendiri telah mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai festival film dunia khususnya dalam JIFFest (Jakarta International Film Festival) mendapatkan sebutan sebagai, "Film dengan Aklamasi secara Menyeluruh."

"Khuda Kay Liye: In The Name of God" akan diputar di bioskop-bioskop Jakarta terhitung 4 November nanti.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Tuesday, November 2, 2010

Terorisme dan Film "in The Name of God"

Posted by anonimus at Tuesday, November 02, 2010


JAKARTA, KOMPAS.com--Terorisme dan segala bentuk ekstimisme serta segala upaya radikalisme dan kekerasan merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan, walaupun hal itu dilakukan atas nama Tuhan, demikian kiranya pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah film Pakistan, "In The Name of God".



"Terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme yang berbasis atas salah interpretasi terhadap ajaran Islam merupakan sesuatu yang salah, dan kami sedang mencoba mengenalkan bagaimana kehidupan warga Pakistan yang sebenarnya kepada dunia," kata Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Sanaullah.

Melalui acara pemutaran perdana film yang aslinya berjudul "Khuda Kay Liye", Selasa, Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta mengajak warga Indonesia untuk mengenali Islam di Pakistan secara lebih dalam sekaligus menegaskan posisi Pakistan sebagai negara yang menentang terorisme.

"Saya harap anda akan memahami maksud pesan yang disampaikan dengan menganalisa setiap pesan yang ada dalam film tersebut," kata Dubes Sanaullah.

"Film ini telah menjadi perdebatan di antara para politikus, petinggi agama, parlemen, sineas, bahkan warga biasa," ujarnya.

Film garapan sutradara Pakistan, Shoaib Mansoor, ini diperankan 3 bintang muda yang berakting luar biasa, Shaan (sebagai Mansoor), Fawad Khan (Sarmad), dan Imam Ali (Mary).

Lokasi film ini ini pun bertemat di tiga benua, Pakistan (Asia), Chicago (Amerika) dan London (Eropa).

Mansoor dan Sarmad adalah dua orang musisi muda berbakat yang sudah punya banyak penggemar di Lahore. Karena perbedaan pendapat, kedua orang yang sebenarnya bersaudara ini jadi terpisah. Mansoor memilih tetap menjadi musisi sementara Sarmad memilih menjalani hidup sebagai muslim garis keras.

Sang kakak, Mansoor yang melanjutkan sekolah Musik di Amerika kemudian menikah dengan teman sekelasnya, warga Amerika, Janie (Austin Marie Sayre), sedangkan sang adik Sarmad (Fawad Khan) yang terpengaruh oleh seorang imam Islam Fundamentalis, meninggalkan karirnya sebagi musisi dan memilih bergabung dengan jaringan teroris Taliban.

Karena alasan agama, Sarmad menikahi paksa anak dari pamannya, Mary (Iman Ali) seorang gadis warganegara Inggris keturunan Pakistan yang semenjak lahir hidup di London dengan budaya Barat.

Prinsip ayah Mary (Hussain), "Pria Muslim boleh menikahi wanita non-Muslim, namun sebaliknya wanita Muslim dilarang."

Ayah Mary yang tidak tahan dengan gunjingan komunitas Pakistan di London karena Marry menjalin hubungan dengan pria kulit putih akhirnya mengajak putrinya ke Pakistan, untuk secara diam-diam menikahkan putrinya dengan Sarmad. Mary pun terpaksa harus tinggal di daerah terpencil di perbatasan Pakistan-Afganistan sampai pemerintah Inggris menyelamatkannya.

Kemudian terjadilah peristiwa 11 September 2001 yang merombak segalanya, bukan saja meruntuhkan Menara Kembar di New York namun banyak warga dari negara Muslim, seperti Pakistan, yang dituduh terlibat jaringan terorist Al Qaida pimpinan Osama Bin Laden.

Dalam film yang berdurasi lebih dari dua jam tersebut banyak terdapat dialog-dialog tentang pro-kontra dalam agama Islam, tidak hanya seperti yang terjadi saat ini antara Barat dengan Islam, tapi juga Muslim garis keras dengan Muslim moderat.

Shoaib Mansoor seolah mendambakan Pakistan yang lebih terbuka setelah tokoh Mary yang memenangkan hak asuh anak dan gugatan di pengadilan, walau pada akhirnya ia membatalkan tuntutan dan kembali ke wilayah pedalaman Afghanistan, tempat ia disekap selama beberapa lama.

Dalam praktiknya justru kini Taliban terus memerangi pemerintahan berdaulat Pakistan dengan menuduh pemerintah yang berlegitimasi itu sebagai "boneka" yang dikendalikan oleh Amerika Serikat, sekutu mereka di masa Perang Dingin, saat seterunya India memilih Rusia sebagai mitra yang erat.

Film "In The Name of God" sendiri telah mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai festival film dunia khususnya dalam JIFFest (Jakarta International Film Festival) mendapatkan sebutan sebagai, "Film dengan Aklamasi secara Menyeluruh."

"Khuda Kay Liye: In The Name of God" akan diputar di bioskop-bioskop Jakarta terhitung 4 November nanti.

0 comments on "Terorisme dan Film "in The Name of God""

Post a Comment

Tuesday, November 2, 2010

Terorisme dan Film "in The Name of God"




JAKARTA, KOMPAS.com--Terorisme dan segala bentuk ekstimisme serta segala upaya radikalisme dan kekerasan merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan, walaupun hal itu dilakukan atas nama Tuhan, demikian kiranya pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah film Pakistan, "In The Name of God".



"Terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme yang berbasis atas salah interpretasi terhadap ajaran Islam merupakan sesuatu yang salah, dan kami sedang mencoba mengenalkan bagaimana kehidupan warga Pakistan yang sebenarnya kepada dunia," kata Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Sanaullah.

Melalui acara pemutaran perdana film yang aslinya berjudul "Khuda Kay Liye", Selasa, Kedutaan Besar Pakistan di Jakarta mengajak warga Indonesia untuk mengenali Islam di Pakistan secara lebih dalam sekaligus menegaskan posisi Pakistan sebagai negara yang menentang terorisme.

"Saya harap anda akan memahami maksud pesan yang disampaikan dengan menganalisa setiap pesan yang ada dalam film tersebut," kata Dubes Sanaullah.

"Film ini telah menjadi perdebatan di antara para politikus, petinggi agama, parlemen, sineas, bahkan warga biasa," ujarnya.

Film garapan sutradara Pakistan, Shoaib Mansoor, ini diperankan 3 bintang muda yang berakting luar biasa, Shaan (sebagai Mansoor), Fawad Khan (Sarmad), dan Imam Ali (Mary).

Lokasi film ini ini pun bertemat di tiga benua, Pakistan (Asia), Chicago (Amerika) dan London (Eropa).

Mansoor dan Sarmad adalah dua orang musisi muda berbakat yang sudah punya banyak penggemar di Lahore. Karena perbedaan pendapat, kedua orang yang sebenarnya bersaudara ini jadi terpisah. Mansoor memilih tetap menjadi musisi sementara Sarmad memilih menjalani hidup sebagai muslim garis keras.

Sang kakak, Mansoor yang melanjutkan sekolah Musik di Amerika kemudian menikah dengan teman sekelasnya, warga Amerika, Janie (Austin Marie Sayre), sedangkan sang adik Sarmad (Fawad Khan) yang terpengaruh oleh seorang imam Islam Fundamentalis, meninggalkan karirnya sebagi musisi dan memilih bergabung dengan jaringan teroris Taliban.

Karena alasan agama, Sarmad menikahi paksa anak dari pamannya, Mary (Iman Ali) seorang gadis warganegara Inggris keturunan Pakistan yang semenjak lahir hidup di London dengan budaya Barat.

Prinsip ayah Mary (Hussain), "Pria Muslim boleh menikahi wanita non-Muslim, namun sebaliknya wanita Muslim dilarang."

Ayah Mary yang tidak tahan dengan gunjingan komunitas Pakistan di London karena Marry menjalin hubungan dengan pria kulit putih akhirnya mengajak putrinya ke Pakistan, untuk secara diam-diam menikahkan putrinya dengan Sarmad. Mary pun terpaksa harus tinggal di daerah terpencil di perbatasan Pakistan-Afganistan sampai pemerintah Inggris menyelamatkannya.

Kemudian terjadilah peristiwa 11 September 2001 yang merombak segalanya, bukan saja meruntuhkan Menara Kembar di New York namun banyak warga dari negara Muslim, seperti Pakistan, yang dituduh terlibat jaringan terorist Al Qaida pimpinan Osama Bin Laden.

Dalam film yang berdurasi lebih dari dua jam tersebut banyak terdapat dialog-dialog tentang pro-kontra dalam agama Islam, tidak hanya seperti yang terjadi saat ini antara Barat dengan Islam, tapi juga Muslim garis keras dengan Muslim moderat.

Shoaib Mansoor seolah mendambakan Pakistan yang lebih terbuka setelah tokoh Mary yang memenangkan hak asuh anak dan gugatan di pengadilan, walau pada akhirnya ia membatalkan tuntutan dan kembali ke wilayah pedalaman Afghanistan, tempat ia disekap selama beberapa lama.

Dalam praktiknya justru kini Taliban terus memerangi pemerintahan berdaulat Pakistan dengan menuduh pemerintah yang berlegitimasi itu sebagai "boneka" yang dikendalikan oleh Amerika Serikat, sekutu mereka di masa Perang Dingin, saat seterunya India memilih Rusia sebagai mitra yang erat.

Film "In The Name of God" sendiri telah mendapatkan sejumlah penghargaan dari berbagai festival film dunia khususnya dalam JIFFest (Jakarta International Film Festival) mendapatkan sebutan sebagai, "Film dengan Aklamasi secara Menyeluruh."

"Khuda Kay Liye: In The Name of God" akan diputar di bioskop-bioskop Jakarta terhitung 4 November nanti.

0 comments:

Post a Comment

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

My Blog List

Sample text

Pageviews past week

shoutbox zone


ShoutMix chat widget

clock link

Software Download Computer Tips

flag counter zone

free counters

Ads Header

Followers

Blog Archive

About Me

Followers

Friends

Blog Archive

Download Software Tips Komputer

Ajari aku ‘tuk bisa Menjadi yang engkau cinta Agar ku bisa memiliki rasa Yang luar biasa untukku dan untukmu

Blog Archive

web counter zone

Best Free Cute WordPress Themes

Hiya!

Welcome to Cutie Gadget, the place that love to post Cute Gadgets and Cute Stuff. Today I will share you my findings about Cute Wordpress Themes. These themes are really good if you create Cute themed Blog, Girls blog, Candy blog, or children blog as themes Free Cute Blog Templates really suitable for that reason. Ok, here’s the list :

pink cute themes 300x144 Best Free Cute Wordpress Themes

This Cute Candy themed Worpress template called Pink-Kupy. The color is combination of Gradation of pink, from Soft pink to vibrant pink. However, the background color is dark grey and white, they’re made to harmonised the pinky color. A really nice Pink Wordpress themes :) Free Download here

leaf cute themes 300x150 Best Free Cute Wordpress Themes

If you bored with regular Wordpress backgrond that using the usual color backgrond, then this wordpress themes is good for you.I really like the leaf green background, blended with white color. Look simple, cute and nice! Download here

greenery wordpress 300x145 Best Free Cute Wordpress Themes

The last but not the least, here is the Beautiful themes named Greenery. The color lime green, which looked really fresh and nice. I really like the tree color, looked cute because the cartoon styled drawing. Download here.

If don’t use worpdress, but using Blogger or Blogspot as your Blogging Platform, you can check out my Post about Cute Blogger Themes

Popularity: 1% [?]

Artikel Best Free Cute WordPress Themes Proudly presented by The Most Unique Gadget Blog. Please also see our sister site:Free Powerpoint Templates and Themes to get Free Powerpoint Template for school, business, medical presentation and many more!.

calender zone

facebook badge zone

Pages

my stuff and life. Powered by Blogger.

- Copyright © my zoONne -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -